Sabtu, 24 Januari 2015

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN BATU GINJAL

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN BATU GINJAL











Oleh
Meyria Sintani
NIM : 2012.C.04a.0314







YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN











BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, kandung kemih  dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu kandung kemih  (VU) karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi  (Purnomo, 2000, hal. 68-69)
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
1.2   Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang beberapa materi yang ada dalam Sistem Perkemihan
1.    Apa definisi batu dari ginjal?
2.    Apa saja etiologi dari batu ginjal?
3.    Bagaimana patofisiologi batu ginjal?
4.    Apa saja manifestasi klinis batu ginjal?

5.    Apa saja faktor penyebab batu ginjal?
6.    Apa saja komplikasi dari batu ginjal?
7.    Apa saja pemeriksaan penunjang bagi batu ginjal?
8.    Apa saja penatalaksanaan bagi batu ginjal?
9.    Bagaimana pencegahan terjadinya batu ginjal?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar kita dapat lebih mengetahui tentang Batu Ginjal.
1.3.2        Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar para mahasiswa keperawatan mengetahui, memahami, dan mengerti dari Batu Ginjal di antaranya:
1.         Untuk mengetahui apa definisi batu dari ginjal?
2.         Untuk mengetahui apa saja etiologi dari batu ginjal?
3.         Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi batu ginjal?
4.         Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis batu ginjal?
5.         Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab batu ginjal?
6.         Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari batu ginjal?
7.         Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang bagi batu ginjal?
8.         Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan bagi batu ginjal?
9.         Untuk mengetahui bagaimana pencegahan terjadinya batu ginjal?

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan para mahasiswa keperawatan, khususnya keluarga besar STIKES EKA HARAP agar dapat lebih mengetahui dan mengerti tentang Batu Ginjal.



1.5   Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode pustaka. Metode Pustaka adalah  metode dengan cara membaca dan mengumpulkan data-data dari buku yang menyangkut pembahasan.





























BAB 2
TINJAUN PUSTAKA

1.1    Pengertian
Batu ginjal adalah satu keadaan terdapat suatu atau lebih batu didalam pelvis atau calyces ginjal atau disaluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal disaluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandng kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (nefrolithiasis), sudah dikenal sejak zamanBabilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliksginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjalkemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal danmerupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
1.2    Etiologi
Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan zat penyusunnya yang berbeda-beda. Menurut Arimaudi (2007), ada empat jenis utama dari batu ginjal yang masing-masing cenderung memiliki penyebab yang berbeda, diantaranya:

a.    Batu Kalsium
Sekitar 75 sampai 85 persen dari batu ginjal adalah batu kalsium. Batu ini biasanya kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu banyak didalam urin, selain itu jumlah berlebihan vitamin D, menyebabkan tubuhh terlalu banyak menyerap kalsium.
b.    Batu Asam Urat
Batu ini terbentuk dari asam uric, produk sampingan dari metabolisme protein.
c.     Batu Struvite
Mayoritas ditemukan pada wanita, batu struvite biasanya diakibatkan infeksi saluran kencing kronis, disebabkan bakteri. Batu ini jika membesar, akan menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.
d.    Batu Sistin
Batu ini mewakili sekitar 1 persen dari batu ginjal. Ditemukan pada orang dengan kelainan genetic, sehingga ginjal kelebihan jumlah asam amino.

1.3    Patofisiologi
Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urin (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan ph Urin (batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi didalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau konsumsi obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu sehingga menghambat aliran urin dan menyebabkan stasis atau tidak ada pergerakan urin dibagian manapun dari saluran kemih sehingga terjadi kemungkinan pembentukan batu (Elizabeth J. Corwin, 2009).
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal). (Price & Wilson, 1995).
1.4    Manifestasi Klinis
Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi batu bervariasi, rasa sakit di sebabkan oleh obtroksi merupakan gejala utama. Batu yang besar dengan permukaan yang besar masuk kedalam ureter akan menambah frekuensi dan memaksa kontraksi uruter secara otomatis. Rasa sakit dimulai dari pinggang bawah menuju kepinggul, kemudian kearah kelamin luar bisa merupakan puncak dari kesakitan.
Handriandi (2006) menyatakan apabila batu berada di pasu ginjal dan di calix, rasa sakit menetap dan kurang intensitasnya. Sakit pinggang terjadi bila batu yang mengadakan obtruksi berada di dalam ginjal. Sedangkan rasa sakit yang parah pada bagian perut terjadi bila batu telah pindah ke dalam ureter. Mual dan muntah selalu mengikuti rasa sakit yang berat. Penderita batu ginjal kadang-kadang juga mengalami panas, kedinginaan, adanya darah didalam urin jika batu melukai ureter, disenti perut, nanah dalam urine.
Batu terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu didalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri diperutbagian bawah. Batu yang menyebab ureter, kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang datang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk pinggang, yang menjarar ke perut, kemaluan dan daerah paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut mengelembung, demam, menggigil, dan darah didalam air kemih. Penderita mungkin menjari sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat saluran kemih, bakteri akan teperangkap didalam aliran kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadinya infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal menyebabkan  penekanan yang akan mengelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya akan terjadi kerusakan ginjal (Jarot, 2008).
1.5    Faktor-faktor Penyebab Batu Ginjal
Penyakit batu gijal banyak di alami oleh penduduk Indonesia, terutama kaum pria. Adapun faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu ginjal/ kandung kemih meliputi ras, keturunan, jenis kelamin, bakteri, kurang minum, air jenuh mineral, pekerjaan, makanan dan suhu tempat kerja.
Batu ginjal/kandung kemih lebih banyak diderita penduduk dari ras Afrika dan Asia (termasuk Indonesia) di bandingkan penduduk Amerika dan Eropa. Jika berdasarkan keturunan, peluang terkena batu ginjal/kandung kemih  lebih besar seandainya terdapat riwayat penderita batu ginjal/kandung kemih dalm kelurga. Sedangkan berdasarkan dari sisi jenis kelamin, pria lebih beresiko terkena batu ginjal/kandung kemih dibanding wanita. Di perkirakan sekitar 80% dari pria berusia 70 Tahun mengalami gijala tersebut (Pratomo, 2008).
Pratomo (2008) menyatakan bahwa bakteri juga dapat menimbulkan pembentukan batu ginjal. Saluran urine yang terinfeksi bakteri pemecah urea pada urin akan mentimulasikan pembentukan batu pada kandung kemih. Jika kurang minum, maka kepekaan urin meningkat (konentrasi semua substansi dalam urin meningkat), sehingga mempermudah pembentukan batu. Lantas air jenuh mineral, terutama kalsium, berpengaruh besar dalam pembentukan batu.
Pekerjaan dari pekerjaan keras yang banyak bergerak, misal buruh dan petani lebih besar beresiko mengidap batu ginjal/kandung kemih dibandingkan pekerjaan yang lebih banyak duduk. Konsumsi makanan juga berpengaruh, seperti pada masyarakat ekonomi rendah (kurang makan putih telur) sehingga menderita batu saluran kemih. Makanan dengan kadar oksalat, natrium, dan kalsium yang tinggi dan protein hewan dengan purin tinggi memicu terbentuknya batu ginjal. Lantas suhu, yaitu tempat dengan suhu panas semisal daerah tropis (Indonesia) dan kamar mesin, dimana banyak mengeluarkan keringat akan mempermudah pembentukan batu ginjal/kandung kemih. Sebisa mungkin kita harus bisa mencegahnya karena batu ginjal sulit untuk disembuhkan. Seringkali penyakit ini bersifat permanen karena penyakit ginjal adalah penyakit kambuhan, dimana batu ginjal bisa datang lagi setelah penderita diobati atau dioperasi. Tidak jarang penderita merasa frustasi untuk berobat karena seringnya penyakit ini kambuh.
1.6    Komplikasi
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih, pylonetritis, yang akibatnya yang akhirnya merusak ginjal, maka timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang jauh lebih parah (Abdul Haris Awie, 2009).
1.    Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2.    Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3.    Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau pengangkatan batu ginjal.

1.7    Pemeriksaan Penunjang
1.7.1        Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
1.    Retrograde atau antegrade pyelography
2.    Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
3.    Scintigraphy
1.7.2        Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
1.    Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit,bakteri (nitrit), dan pH urin.
2.    Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
3.    C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan demam.
4.    Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
5.    Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
1.8    Penatalaksanaan Medis
1.    Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urin dan membantu mendorong adanya batu.
2.    Modifikasi makanan yang dapat mengurangi kadar pembentuk batu bila kadungan batu teridentifikasi.
3.    Ubah pH urin sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
4.    Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal/ di luar tubuh atau terapi laser yang digunakan untuk memecah batu .
5.    Bila diperlukan lakukan tindakan bedah untuk mengangkat batu yang besar atau untuk meningkatkan setelah disekitar batu untuk mengatasi obstruksi.
1.9    Pencegahan
Kesulitan dari pencegahan penyakit batu ginjal adalah gejalapenyakit ini muncul ketika keadaan sudah parah atau ketika batu gijal sudah terbentuk besar dan banyak. Rasa sakit mulai timbul ketika batu ginjal sudah terbentuk besar dan banyak. Rasa sakit mulai timbul ketika batu ginjal sudah mencapai saluran kencing (Alam 2008).
Gejala awal dari batu ginjal adalah adanya rasa sakit yang biasanya mulai dari lambung atau daerah samping perut dan berlahan-lahan rasa sakit yang biasanya dimulai dari lambungatau di daerah samping lambung atau daerah samping perut dan perlahan-lahan rasa sakit bergerak menuju daerah pangkal paha. Batu ginjal yang baru terbentuk tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri yang sangat ketika batu tersebut dipaksa keluar dari saluran kemih. Hal ini biasanya terjadi ketika batu gijal yang cukup besar sudah termausuk kedalam ureter yang menyebabkan tekanan dari air kencing yang terhambat dan menyebabkan senssi yang sangat menyakitkan.
Dalam khasus yang ekstrim air kencing bisa berwarna merah karena bercampur berwarna merah karena kerusakan dari ureter. Hal ini bisa mengakibatkan keadaan menjadi lebih parah karena timbulnya komplikasi seperti infeksi yang lebih lanjut. Selain itu kekurangan darah dapat menjadi masalah serius karena pendarahan terus terjadi akibat kerusakan ureter. Untuk menghindari hal ini maka perlu dilakukan pencegahan terbentuknya batu gimjal (Alam 2008).
Adapun ada beberapa hal untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, yaitu:
1.      Mengurangi minuman yang berkalsium tinggi atau minuman yang bervitamin C tinggi. Pengkonsumsian yang terlalu sering akan mengakibatkan infeksi pada ginjal dan mengakibatkan batu ginjal.
2.      Mengurangi makanan atau minuman yang bersuplemen
3.      Mengurangi makanan yang bisa menyebabkan asam urat, seperti jeroan sapi, kambing dan sebagainya. Makanan ini banyak mengandung enzim yang dapat menimbulkan endapan pada ginjal
4.      Hindari diet ketat. Pada umumnya orang yang yang menjalankan diet ketat supaya langsing. Misalnya, diet ketat seperti itu bisa menimbulkan kristal pada ginjal.
5.      Perbanyak minum air putih minimal 2 liter/hari
6.      Menghindari kencing terlalu lama
7.      Berolahraga secara teratur
8.      Mengurangi kosumsi vitamin D secara berlebih
9.      Hindari makanan dengan kadar oksalat, natrium, kalsium yang tinggi dan protein hewan dengan purin tinggi, karena dapat memicu terbentuknya batu ginjal/kandung kemih.










BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN


3.1    Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.       Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-         Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.
-         Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.
-         Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)

2.       Sirkulasi
Tanda:
-         Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
-         Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3.       Eliminasi
Gejala:
-          Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya.
-         Penrunan volume urine.
-         Rasa terbakar, dorongan berkemih.
-         Diare
Tanda:
-         Oliguria, hematuria, piouria.
-         Perubahan pola berkemih



4.       Makanan dan cairan:
Gejala:
-         Mual/muntah, nyeri tekan abdomen.
-         Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat.
-         Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup.
Tanda:
-         Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus.
-          Muntah.

5.       Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
-         Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
-         Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi.
-         Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6.       Keamanan:
Gejala:
-         Penggunaan alcohol.
-         Demam/menggigil

7.       Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
-         Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis.
-         Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
-          Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

3.2    Diagnosa
1.         Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2.         Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih.
3.         Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri klonik.
4.         Kecemasaan berhubungan dengan pronogsis pembedahan, tindakan invasif diagnostik.
5.         Pemenuhan informasi berhubungan dengan rencana pembedahan, tindakan diagnostik invasif (ESWL), perencanaan pasien pulang.
3.3    Prioritas Masalah
1.         Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2.         Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih.
3.         Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri klonik.













3.4  Intervensi 
No .
Diagnosa Kep.
Rencana Tindakan
Rasional
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
1.
Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam nyeri yang dirasakan klien berkurang, hilang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil:
1.        Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4).
2.        Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
3.        Ekspresi pasien rilaks.
1.          Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan preda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
2.          Lakukan manajemen nyeri keperawatan:
-       Istirahankan pasien.
-       Manajemen lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
-       Beri kompres hangat pada pinggang.
-       Lakukan tehnik stimulasi per kutaneus.
-       Lakukan masase sekitar nyeri.
-       Dekatkan orang terdekat.
-       Ajarkan tehnik relaksasipernapasan dalam.
-       Ajarkan tehnik destraksi pada saat nyeri.
-       Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab nyeri yang berhubungan berapa lama nyeri akan berlangsung.
3.          kolaborasi dengan dokteruntuk pemberian analgetik.
1.      Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
1.     
-       Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer sehingga akan meningkatkan suplai darah ke jaringan.
-       Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri ekternal dan menganjurkan pasien untuk beristirahat dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan dan menjaga privasi pasien.
-       Vasodilatasi akan dapat menurunkan spasme otot dan kontraksi otot pinggang sehingga menurunkan stimulus nyeri.
-       Salah satu metode distraksi untuk menstimulasi pengeluaran endorfin-enfekalin yang berguna sebagai anakgetik internal untuk memblok rasa nyeri.
-       Meningkatkan kelancaran asupan O2 sehingga akan menurukan nyeri sekunder.
-       Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dengan ekafalin yang dapat memblok reseftor nyeri untuk tidak dikirimkan ke konteks serebri sehingga menurunkan presefsi nyeri.
-       Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu mengurangkan kepatuhan pasien terhadap rencana trapeutik.
2.    Alnalgetik memblok lintasan nyerisehingga nyeri akam berkurang.
2.
Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jamdiharapkan pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.
Kriteria Hasil:
1.      Frekuensi miksi dalam batas 5-8 X/24 jam.
2.      Pasien mampu minum 2.000 cc/24 Jam dan kooperatif untuk menghindari cairan yang mengiritasi saluran kemih.
1.        Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam.
2.        Anjurkan pasien untuk minum 2.000 cc/jam.
3.        Hindari minum kopi, teh, kola dan alkohol.
4.        Kolaborasi
-       Pemberian medikamentosa
-       Tindakan extracorporeal Shockwave Lithottripsy (ESWL).
-       Tindakan Endourologi
-       Pembedahan terbuka.
1.    Mempengaruhi pengaru iritasi kandung kemih dengan frekuensi miksi.
2.    Membantu mempertahankan fungsi gijal, pemberian air secara oral adalah pilihan terbaik untuk mendukung aliran darah rental dan untuk membilas bakteri dari traktus urinarius.
3.    Menurunkan iritasi dengan menghindari minum yang bersifat meniritasi saluran kemih.
4.     
-       Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm dan diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, mempelancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak agar dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
-       Aliran ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu kandung kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu di pecah menjadi pragmen-pragmen kecil sehingga mudah unuk dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeriklonik dan menyebabkan hematuria.
-       Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian mengeluarkannya langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukan melalui insisi kecil pada kulit (per kutan). Proses pemecahan batu dilakukan secara mekanik, dengan memakaki energi hidraulik, energi glombang suara, dan dengan energi laser.
-       Bedah membuka pada kondisi pasien yang mengalami batu ginjal dilakukan atas pertimbangan medis, dimana belum tersedianya pasilitas pasien pelaksana bedah ESWI atau adanya pertimbangan adanya komposisi secara klinis yang diharuskan untuk penatalalksanaan dengan pembedahaan terbuka.
3.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri klonik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan asupan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria Hasil:
1.      Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat.
2.      Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
1.   Kaji status nutrisi klien, torgur kulit, berat badan, dan drajat penurunan berat badan, intergritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.
2.   Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi).
3.   Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu).
4.   Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sabelum dan sesudah makan, dan sebelum dan sesudah intervensi/pememriksaan peroral.
5.   Fasilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari assupan dari agen iritan.
6.   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kombinasi dan jenis diet yang tepat.
7.   Kolaborasi untuk memberikan anti-muntah.
1.    Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.
2.    Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi.
3.    Berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang. Bila makanan  diberikan, adanya gejala yang menunjukan berulangnya episode gastritis dievaluasi dan dilaporkan.
4.    Intake minuman mengandung kafein dihindari karena kafein merupakan stimulan sistem saraf pusat yang meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi pepsin. Penggunaan alkohol juga dihindari, demikian juga merokok karena nikotin akan mengurangkan sekresi bikarbonat pankreas dan karenanya menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum. Nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis yang meningkatkan aktivitas otot dalam usus dan dapat menimbulkan mual dan muntah.
5.    Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien.
6.    Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan cairan peroral.









3.5    Implementasi
No.
Implementasi
1.
1.     Menjelaskan dan bantu pasien dengan tindakan preda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
2.     Melakukan manajemen nyeri keperawatan:
-       Istirahankan pasien.
-       Manajemen lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
-       Beri kompres hangat pada pinggang.
-       Lakukan tehnik stimulasi per kutaneus.
-       Lakukan masase sekitar nyeri.
-       Dekatkan orang terdekat.
-       Ajarkan tehnik relaksasipernapasan dalam.
-       Ajarkan tehnik destraksi pada saat nyeri.
-       Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab nyeri yang berhubungan berapa lama nyeri akan berlangsung.
3.    Mengkolaborasi dengan dokteruntuk pemberian analgetik.
2.
1.     Mengkaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam.
2.     Menganjurkan pasien untuk minum 2.000 cc/jam.
3.     Menghindari minum kopi, teh, kola dan alkohol.
4.     Mengkolaborasi
-       Pemberian medikamentosa
-       Tindakan extracorporeal Shockwave Lithottripsy (ESWL).
-       Tindakan Endourologi
-       embedahan terbuka.
3.
1.     Mengkaji status nutrisi klien, torgur kulit, berat badan, dan drajat penurunan berat badan, intergritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.
2.     Memfasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi).
3.     Memantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali seminggu).
4.     Melakukan dan ajarkan perawatan mulut sabelum dan sesudah makan, dan sebelum dan sesudah intervensi/pememriksaan peroral.
5.     Memfasilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari assupan dari agen iritan.
6.     Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kombinasi dan jenis diet yang tepat.
7.     Mekolaborasi untuk memberikan anti-muntah.



3.6    Evaluasi
1.      Penurunan keluhan dan respons nyeri.
2.      Terjadi perubahan pola miksi.
3.      Peningkatan asupan nutrisi kurang.
4.      Penurunan tingkat kecemasan.
5.      Terpenuhinya informasi tentang rencana pembedahan, tindakan diagnostik invasif (ESWL), dan perencanaan pasien pulang.



      






BAB 3
PENUTUP

4.1    Simpulan
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, kandung kemih  dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu kandung kemih  (VU) karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urin (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan ph Urin (batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi didalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau konsumsi obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu sehingga menghambat aliran urin dan menyebabkan stasis atau tidak ada pergerakan urin dibagian manapun dari saluran kemih sehingga terjadi kemungkinan pembentukan batu (Elizabeth J. Corwin, 2009).
4.2    Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah ini, diharapkan perawat, mahasiswa calon perawat atau para pembaca bisa mempelajari dan mengetahui apakah yang dimaksud dengan Batu Ginjal.
Semoga makalah ini bermanfaat dan senantiasa mengalami  perbaikan dalam setiap pembuatan makalah yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC
Engram, Barbara. 1994. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC




1 komentar:

  1. terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat

    http://landongobatherbal.com/obat-herbal-infeksi-ginjal/

    BalasHapus