LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN BATU GINJAL
Oleh
Meyria Sintani
NIM : 2012.C.04a.0314
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih
(urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat
diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum,
ureter, kandung kemih dan uretra. Batu
ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah
atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine
seperti pada batu kandung kemih (VU)
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel
uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli
ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih
yang paling sering terjadi (Purnomo,
2000, hal. 68-69)
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia
dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan
di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan
ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas
sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk
menderita batu saluran kemih.
1.2 Rumusan
Masalah
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang
beberapa materi yang ada dalam Sistem Perkemihan
1. Apa definisi batu dari
ginjal?
2. Apa saja etiologi dari batu
ginjal?
3. Bagaimana patofisiologi batu
ginjal?
4. Apa saja manifestasi klinis
batu ginjal?
5. Apa saja faktor penyebab batu
ginjal?
6. Apa saja komplikasi dari batu
ginjal?
7. Apa saja pemeriksaan
penunjang bagi batu ginjal?
8. Apa saja penatalaksanaan bagi
batu ginjal?
9. Bagaimana pencegahan
terjadinya batu ginjal?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar kita dapat lebih
mengetahui tentang Batu Ginjal.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar para mahasiswa
keperawatan mengetahui, memahami, dan mengerti dari Batu Ginjal di antaranya:
1.
Untuk mengetahui apa definisi batu dari ginjal?
2.
Untuk mengetahui apa saja etiologi dari batu ginjal?
3.
Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi batu ginjal?
4.
Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis batu ginjal?
5.
Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab batu ginjal?
6.
Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari batu ginjal?
7.
Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang bagi batu ginjal?
8.
Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan bagi batu ginjal?
9.
Untuk mengetahui bagaimana pencegahan terjadinya batu ginjal?
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan para mahasiswa keperawatan, khususnya keluarga besar STIKES EKA HARAP
agar dapat lebih mengetahui dan mengerti tentang Batu Ginjal.
1.5 Metode
Penulisan
Metode yang kami gunakan
dalam pembuatan makalah ini adalah metode pustaka. Metode Pustaka adalah metode dengan cara membaca dan mengumpulkan
data-data dari buku yang menyangkut pembahasan.
BAB 2
TINJAUN
PUSTAKA
1.1
Pengertian
Batu ginjal adalah satu keadaan terdapat suatu
atau lebih batu didalam pelvis atau calyces ginjal atau disaluran kemih
(Pratomo, 2007). Batu ginjal disaluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk
disepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan
aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal) maupun di dalam kandng kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis).
Batu
ginjal merupakan batu saluran kemih (nefrolithiasis), sudah dikenal sejak
zamanBabilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliksginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk
di di ginjalkemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk
di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu
buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di
dalam divertikel uretra.Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks,infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal danmerupakan batu slauran kemih yang paling
sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
1.2
Etiologi
Batu ginjal mempunyai
banyak jenis nama dan kandungan zat penyusunnya yang berbeda-beda. Menurut
Arimaudi (2007), ada empat jenis utama dari batu ginjal yang masing-masing
cenderung memiliki penyebab yang berbeda, diantaranya:
a.
Batu
Kalsium
Sekitar 75 sampai 85 persen dari batu ginjal adalah
batu kalsium. Batu ini biasanya kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika
kandungan zat itu terlalu banyak didalam urin, selain itu jumlah berlebihan
vitamin D, menyebabkan tubuhh terlalu banyak menyerap kalsium.
b.
Batu
Asam Urat
Batu ini terbentuk dari asam uric, produk sampingan
dari metabolisme protein.
c.
Batu
Struvite
Mayoritas ditemukan
pada wanita, batu struvite biasanya diakibatkan infeksi saluran kencing kronis,
disebabkan bakteri. Batu ini jika membesar, akan menyebabkan kerusakan serius
pada ginjal.
d.
Batu Sistin
Batu ini mewakili sekitar 1 persen dari batu ginjal.
Ditemukan pada orang dengan kelainan genetic, sehingga ginjal kelebihan jumlah
asam amino.
1.3
Patofisiologi
Batu ginjal dapat
disebabkan oleh peningkatan pH urin (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau
penurunan ph Urin (batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang
tinggi didalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau konsumsi obat
tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu sehingga menghambat aliran
urin dan menyebabkan stasis atau tidak ada pergerakan urin dibagian manapun
dari saluran kemih sehingga terjadi kemungkinan pembentukan batu (Elizabeth J.
Corwin, 2009).
Batu
saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian
atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di
dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis,
urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal). (Price & Wilson,
1995).
1.4
Manifestasi Klinis
Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi batu bervariasi,
rasa sakit di sebabkan oleh obtroksi merupakan gejala utama. Batu yang besar
dengan permukaan yang besar masuk kedalam ureter akan menambah frekuensi dan
memaksa kontraksi uruter secara otomatis. Rasa sakit dimulai dari pinggang
bawah menuju kepinggul, kemudian kearah kelamin luar bisa merupakan puncak dari
kesakitan.
Handriandi (2006) menyatakan apabila batu berada di pasu ginjal dan
di calix, rasa sakit menetap dan kurang intensitasnya. Sakit pinggang terjadi
bila batu yang mengadakan obtruksi berada di dalam ginjal. Sedangkan rasa sakit
yang parah pada bagian perut terjadi bila batu telah pindah ke dalam ureter.
Mual dan muntah selalu mengikuti rasa sakit yang berat. Penderita batu ginjal
kadang-kadang juga mengalami panas, kedinginaan, adanya darah didalam urin jika
batu melukai ureter, disenti perut, nanah dalam urine.
Batu terutama yang kecil, bisa tidak
menimbulkan gejala. Batu didalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri
diperutbagian bawah. Batu yang menyebab ureter, kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai
dengan nyeri hebat yang datang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk
pinggang, yang menjarar ke perut, kemaluan dan daerah paha sebelah dalam.
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut mengelembung, demam, menggigil,
dan darah didalam air kemih. Penderita mungkin menjari sering berkemih,
terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran
kemih. Jika batu menyumbat saluran kemih, bakteri akan teperangkap didalam
aliran kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadinya infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama air kemih akan mengalir balik ke saluran
di dalam ginjal menyebabkan penekanan
yang akan mengelembungkan ginjal (hidronefrosis)
dan pada akhirnya akan terjadi kerusakan ginjal (Jarot, 2008).
1.5
Faktor-faktor
Penyebab Batu Ginjal
Penyakit batu gijal banyak di alami oleh penduduk Indonesia,
terutama kaum pria. Adapun faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu
ginjal/ kandung kemih meliputi ras, keturunan, jenis kelamin, bakteri, kurang
minum, air jenuh mineral, pekerjaan, makanan dan suhu tempat kerja.
Batu ginjal/kandung kemih lebih banyak diderita penduduk dari ras
Afrika dan Asia (termasuk Indonesia) di bandingkan penduduk Amerika dan Eropa.
Jika berdasarkan keturunan, peluang terkena batu ginjal/kandung kemih lebih besar seandainya terdapat riwayat
penderita batu ginjal/kandung kemih dalm kelurga. Sedangkan berdasarkan dari
sisi jenis kelamin, pria lebih beresiko terkena batu ginjal/kandung kemih
dibanding wanita. Di perkirakan sekitar 80% dari pria berusia 70 Tahun
mengalami gijala tersebut (Pratomo, 2008).
Pratomo (2008) menyatakan bahwa bakteri juga dapat menimbulkan
pembentukan batu ginjal. Saluran urine yang terinfeksi bakteri pemecah urea
pada urin akan mentimulasikan pembentukan batu pada kandung kemih. Jika kurang
minum, maka kepekaan urin meningkat (konentrasi semua substansi dalam urin
meningkat), sehingga mempermudah pembentukan batu. Lantas air jenuh mineral,
terutama kalsium, berpengaruh besar dalam pembentukan batu.
Pekerjaan dari pekerjaan keras yang banyak
bergerak, misal buruh dan petani lebih besar beresiko mengidap batu
ginjal/kandung kemih dibandingkan pekerjaan yang lebih banyak duduk. Konsumsi
makanan juga berpengaruh, seperti pada masyarakat ekonomi rendah (kurang makan
putih telur) sehingga menderita batu saluran kemih. Makanan dengan kadar
oksalat, natrium, dan kalsium yang tinggi dan protein hewan dengan purin tinggi memicu terbentuknya batu
ginjal. Lantas suhu, yaitu tempat dengan suhu panas semisal daerah tropis
(Indonesia) dan kamar mesin, dimana banyak mengeluarkan keringat akan
mempermudah pembentukan batu ginjal/kandung kemih. Sebisa mungkin kita harus
bisa mencegahnya karena batu ginjal sulit untuk disembuhkan. Seringkali
penyakit ini bersifat permanen karena penyakit ginjal adalah penyakit kambuhan,
dimana batu ginjal bisa datang lagi setelah penderita diobati atau dioperasi.
Tidak jarang penderita merasa frustasi untuk berobat karena seringnya penyakit
ini kambuh.
1.6
Komplikasi
Jika batu dibiarkan dapat menjadi sarang kuman yang dapat
menimbulkan infeksi saluran kemih, pylonetritis, yang akibatnya yang akhirnya
merusak ginjal, maka timbul gagal ginjal dengan segala akibatnya yang jauh
lebih parah (Abdul Haris Awie, 2009).
1.
Sumbatan atau obstruksi akibat adanya
pecahan batu.
2.
Infeksi, akibat diseminasi partikel batu
ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan
fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau pengangkatan
batu ginjal.
1.7
Pemeriksaan
Penunjang
1.7.1
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib
dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir semua batu saluran
kemih (98%) merupakan batu radioopak.
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
1. Retrograde
atau antegrade pyelography
2. Spiral
(helical) unenhanced computed tomography (CT)
3. Scintigraphy
1.7.2
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
1. Sedimen
urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit,bakteri (nitrit), dan
pH urin.
2. Kreatinin
serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
3. C-reactive
protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan
demam.
4. Natrium
dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
5. Kadar
kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
1.8
Penatalaksanaan
Medis
1. Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urin dan
membantu mendorong adanya batu.
2. Modifikasi makanan yang dapat mengurangi kadar
pembentuk batu bila kadungan batu teridentifikasi.
3. Ubah pH urin sedemikian untuk meningkatkan pemecahan
batu.
4. Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal/
di luar tubuh atau terapi laser yang digunakan untuk memecah batu .
5. Bila diperlukan lakukan tindakan bedah untuk
mengangkat batu yang besar atau untuk meningkatkan setelah disekitar batu untuk
mengatasi obstruksi.
1.9
Pencegahan
Kesulitan dari pencegahan penyakit batu ginjal adalah gejalapenyakit
ini muncul ketika keadaan sudah parah atau ketika batu gijal sudah terbentuk
besar dan banyak. Rasa sakit mulai timbul ketika batu ginjal sudah terbentuk
besar dan banyak. Rasa sakit mulai timbul ketika batu ginjal sudah mencapai
saluran kencing (Alam 2008).
Gejala awal dari batu ginjal adalah adanya rasa sakit yang biasanya
mulai dari lambung atau daerah samping perut dan berlahan-lahan rasa sakit yang
biasanya dimulai dari lambungatau di daerah samping lambung atau daerah samping
perut dan perlahan-lahan rasa sakit bergerak menuju daerah pangkal paha. Batu
ginjal yang baru terbentuk tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri yang sangat
ketika batu tersebut dipaksa keluar dari saluran kemih. Hal ini biasanya
terjadi ketika batu gijal yang cukup besar sudah termausuk kedalam ureter yang
menyebabkan tekanan dari air kencing yang terhambat dan menyebabkan senssi yang
sangat menyakitkan.
Dalam khasus yang ekstrim air kencing bisa berwarna merah karena
bercampur berwarna merah karena kerusakan dari ureter. Hal ini bisa
mengakibatkan keadaan menjadi lebih parah karena timbulnya komplikasi seperti
infeksi yang lebih lanjut. Selain itu kekurangan darah dapat menjadi masalah
serius karena pendarahan terus terjadi akibat kerusakan ureter. Untuk
menghindari hal ini maka perlu dilakukan pencegahan terbentuknya batu gimjal
(Alam 2008).
Adapun
ada beberapa hal untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, yaitu:
1.
Mengurangi minuman yang berkalsium tinggi atau
minuman yang bervitamin C tinggi. Pengkonsumsian yang terlalu sering akan
mengakibatkan infeksi pada ginjal dan mengakibatkan batu ginjal.
2.
Mengurangi makanan atau minuman yang bersuplemen
3.
Mengurangi makanan yang bisa menyebabkan asam
urat, seperti jeroan sapi, kambing dan sebagainya. Makanan ini banyak
mengandung enzim yang dapat menimbulkan endapan pada ginjal
4.
Hindari diet ketat. Pada umumnya orang yang
yang menjalankan diet ketat supaya langsing. Misalnya, diet ketat seperti itu
bisa menimbulkan kristal pada ginjal.
5.
Perbanyak minum air putih minimal 2 liter/hari
6.
Menghindari kencing terlalu lama
7.
Berolahraga secara teratur
8.
Mengurangi kosumsi vitamin D secara berlebih
9.
Hindari makanan dengan kadar oksalat, natrium,
kalsium yang tinggi dan protein hewan dengan purin tinggi, karena dapat memicu terbentuknya batu ginjal/kandung
kemih.
BAB 3
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi
Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
-
Riwayat
pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.
-
Riwayat
bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.
-
Keterbatasan
mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah
baring lama)
2.
Sirkulasi
Tanda:
-
Peningkatan
TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
-
Kulit hangat
dan kemerahan atau pucat
3.
Eliminasi
Gejala:
-
Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya.
-
Penrunan
volume urine.
-
Rasa
terbakar, dorongan berkemih.
-
Diare
Tanda:
-
Oliguria,
hematuria, piouria.
-
Perubahan
pola berkemih
4.
Makanan dan
cairan:
Gejala:
-
Mual/muntah,
nyeri tekan abdomen.
-
Riwayat diet
tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat.
-
Hidrasi yang
tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup.
Tanda:
-
Distensi
abdomen, penurunan/tidak ada bising usus.
-
Muntah.
5.
Nyeri dan
kenyamanan:
Gejala:
-
Nyeri hebat
pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
-
Perilaku
berhati-hati, perilaku distraksi.
-
Nyeri tekan
pada area ginjal yang sakit
6.
Keamanan:
Gejala:
-
Penggunaan
alcohol.
-
Demam/menggigil
7.
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
-
Riwayat batu
saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis.
-
Riwayat
penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
-
Penggunaan antibiotika, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin.
3.2
Diagnosa
1.
Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik
otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya
batu pada ginjal.
2.
Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine,
sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih.
3.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri klonik.
4.
Kecemasaan berhubungan dengan pronogsis pembedahan,
tindakan invasif diagnostik.
5.
Pemenuhan informasi berhubungan dengan rencana
pembedahan, tindakan diagnostik invasif (ESWL), perencanaan pasien pulang.
3.3
Prioritas
Masalah
1.
Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik
otot polos sistem kalises, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya
batu pada ginjal.
2.
Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine,
sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran kemih.
3.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri klonik.
3.4
Intervensi
No .
|
Diagnosa Kep.
|
Rencana Tindakan
|
Rasional
|
||
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
||||
1.
|
Nyeri
kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises,
peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
|
Setelah dilakukan perawatan
selama 1 x 24 jam nyeri yang dirasakan klien berkurang, hilang atau
teradaptasi.
Kriteria Hasil:
1.
Secara
subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1
(0-4).
2.
Dapat
mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
3.
Ekspresi
pasien rilaks.
|
1.
Jelaskan dan bantu pasien dengan
tindakan preda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
2.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan:
-
Istirahankan
pasien.
-
Manajemen
lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
-
Beri
kompres hangat pada pinggang.
-
Lakukan
tehnik stimulasi per kutaneus.
-
Lakukan
masase sekitar nyeri.
-
Dekatkan
orang terdekat.
-
Ajarkan
tehnik relaksasipernapasan dalam.
-
Ajarkan
tehnik destraksi pada saat nyeri.
-
Tingkatkan
pengetahuan tentang: sebab nyeri yang berhubungan berapa lama nyeri akan
berlangsung.
3.
kolaborasi
dengan dokteruntuk pemberian analgetik.
|
1. Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
1.
-
Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan
perifer sehingga akan meningkatkan suplai darah ke jaringan.
-
Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus
nyeri ekternal dan menganjurkan pasien untuk beristirahat dan pembatasan
pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada diruangan dan menjaga privasi pasien.
-
Vasodilatasi akan dapat menurunkan spasme otot dan
kontraksi otot pinggang sehingga menurunkan stimulus nyeri.
-
Salah satu metode distraksi untuk menstimulasi
pengeluaran endorfin-enfekalin yang berguna sebagai anakgetik internal untuk
memblok rasa nyeri.
-
Meningkatkan kelancaran asupan O2 sehingga akan
menurukan nyeri sekunder.
-
Distraksi
(pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin dengan ekafalin yang dapat memblok reseftor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke konteks serebri sehingga menurunkan presefsi
nyeri.
-
Pengetahuan
yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya dan dapat membantu
mengurangkan kepatuhan pasien terhadap rencana trapeutik.
2. Alnalgetik memblok lintasan
nyerisehingga nyeri akam berkurang.
|
|
2.
|
Perubahan
pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria sekunder
dari iritasi saluran kemih.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jamdiharapkan pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.
Kriteria Hasil:
1. Frekuensi miksi dalam batas 5-8 X/24 jam.
2. Pasien mampu minum 2.000 cc/24 Jam dan
kooperatif untuk menghindari cairan yang mengiritasi saluran kemih.
|
1.
Kaji pola berkemih, dan catat
produksi urine tiap 6 jam.
2.
Anjurkan pasien untuk minum 2.000
cc/jam.
3.
Hindari minum kopi, teh, kola dan
alkohol.
4.
Kolaborasi
-
Pemberian medikamentosa
-
Tindakan extracorporeal
Shockwave Lithottripsy (ESWL).
-
Tindakan Endourologi
-
Pembedahan terbuka.
|
1. Mempengaruhi pengaru iritasi
kandung kemih dengan frekuensi miksi.
2. Membantu mempertahankan fungsi
gijal, pemberian air secara oral adalah pilihan terbaik untuk mendukung
aliran darah rental dan untuk membilas bakteri dari traktus urinarius.
3. Menurunkan iritasi dengan
menghindari minum yang bersifat meniritasi saluran kemih.
4.
-
Terapi
medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm dan
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, mempelancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan
minum banyak agar dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
-
Aliran
ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu kandung kemih
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu di pecah menjadi
pragmen-pragmen kecil sehingga mudah unuk dikeluarkan melalui saluran kemih.
Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan
nyeriklonik dan menyebabkan hematuria.
-
Tindakan
endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian mengeluarkannya langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukan melalui insisi kecil pada kulit (per
kutan). Proses pemecahan batu dilakukan secara mekanik, dengan memakaki
energi hidraulik, energi glombang suara, dan dengan energi laser.
-
Bedah
membuka pada kondisi pasien yang mengalami batu ginjal dilakukan atas
pertimbangan medis, dimana belum tersedianya pasilitas pasien pelaksana bedah
ESWI atau adanya pertimbangan adanya komposisi secara klinis yang diharuskan
untuk penatalalksanaan dengan pembedahaan terbuka.
|
|
3.
|
Resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah efek sekunder dari nyeri klonik.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam diharapkan asupan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat mempertahankan status asupan
nutrisi yang adekuat.
2. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
|
1. Kaji
status nutrisi klien, torgur kulit, berat badan, dan drajat penurunan berat
badan, intergritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan
diare.
2. Fasilitasi
klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi).
3. Pantau
intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
4. Lakukan
dan ajarkan perawatan mulut sabelum dan sesudah makan, dan sebelum dan
sesudah intervensi/pememriksaan peroral.
5. Fasilitasi
pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari assupan dari
agen iritan.
6. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menetapkan kombinasi dan jenis diet yang tepat.
7. Kolaborasi
untuk memberikan anti-muntah.
|
1. Memvalidasi
dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang
tepat.
2. Memperhitungkan
keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi.
3. Berguna
untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. Makanan dan cairan
tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai
gejala akut berkurang. Bila makanan
diberikan, adanya gejala yang menunjukan berulangnya episode gastritis
dievaluasi dan dilaporkan.
4. Intake
minuman mengandung kafein dihindari karena kafein merupakan stimulan sistem
saraf pusat yang meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi pepsin.
Penggunaan alkohol juga dihindari, demikian juga merokok karena nikotin akan
mengurangkan sekresi bikarbonat pankreas dan karenanya menghambat netralisasi
asam lambung dalam duodenum. Nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis
yang meningkatkan aktivitas otot dalam usus dan dapat menimbulkan mual dan
muntah.
5. Merencanakan
diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik klien.
6. Meningkatkan
rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan
cairan peroral.
|
|
3.5
Implementasi
No.
|
Implementasi
|
1.
|
1.
Menjelaskan dan bantu pasien
dengan tindakan preda nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
2. Melakukan
manajemen nyeri keperawatan:
-
Istirahankan
pasien.
-
Manajemen
lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
-
Beri
kompres hangat pada pinggang.
-
Lakukan
tehnik stimulasi per kutaneus.
-
Lakukan
masase sekitar nyeri.
-
Dekatkan
orang terdekat.
-
Ajarkan
tehnik relaksasipernapasan dalam.
-
Ajarkan
tehnik destraksi pada saat nyeri.
-
Tingkatkan
pengetahuan tentang: sebab nyeri yang berhubungan berapa lama nyeri akan
berlangsung.
3. Mengkolaborasi dengan dokteruntuk pemberian
analgetik.
|
2.
|
1. Mengkaji
pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam.
2. Menganjurkan
pasien untuk minum 2.000 cc/jam.
3. Menghindari
minum kopi, teh, kola dan alkohol.
4. Mengkolaborasi
-
Pemberian medikamentosa
-
Tindakan extracorporeal
Shockwave Lithottripsy (ESWL).
-
Tindakan Endourologi
-
embedahan terbuka.
|
3.
|
1. Mengkaji
status nutrisi klien, torgur kulit, berat badan, dan drajat penurunan berat
badan, intergritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan
diare.
2. Memfasilitasi
klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi).
3. Memantau
intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
4. Melakukan
dan ajarkan perawatan mulut sabelum dan sesudah makan, dan sebelum dan
sesudah intervensi/pememriksaan peroral.
5. Memfasilitasi
pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari assupan dari
agen iritan.
6. Mengkolaborasi
dengan ahli gizi untuk menetapkan kombinasi dan jenis diet yang tepat.
7. Mekolaborasi
untuk memberikan anti-muntah.
|
3.6 Evaluasi
1. Penurunan
keluhan dan respons nyeri.
2. Terjadi
perubahan pola miksi.
3. Peningkatan
asupan nutrisi kurang.
4. Penurunan
tingkat kecemasan.
5. Terpenuhinya
informasi tentang rencana pembedahan, tindakan diagnostik invasif (ESWL), dan
perencanaan pasien pulang.
BAB 3
PENUTUP
4.1
Simpulan
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih
(urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat
diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum,
ureter, kandung kemih dan uretra. Batu
ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah
atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine
seperti pada batu kandung kemih (VU)
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel
uretra.
Batu
ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urin (misalnya batu kalsium
bikarbonat) atau penurunan ph Urin (batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan
pembentuk batu yang tinggi didalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau
konsumsi obat tertentu, juga dapat merangsang pembentukan batu sehingga
menghambat aliran urin dan menyebabkan stasis atau tidak ada pergerakan urin
dibagian manapun dari saluran kemih sehingga terjadi kemungkinan pembentukan
batu (Elizabeth J. Corwin, 2009).
4.2
Saran
Setelah membaca dan memahami isi makalah ini,
diharapkan perawat, mahasiswa calon perawat atau para pembaca bisa mempelajari
dan mengetahui apakah yang dimaksud dengan Batu Ginjal.
Semoga makalah ini bermanfaat dan senantiasa
mengalami perbaikan dalam setiap
pembuatan makalah yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. 2012. Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC
Engram, Barbara. 1994. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
terimakasih banyak infonya, sangat menarik sekali dan bermanfaat
BalasHapushttp://landongobatherbal.com/obat-herbal-infeksi-ginjal/